Naga333 - Banyak orang yang mungkin masih ingat dengan jelas ketakutan masa kecil yang withering meresahkan, tapi rasa takut atau cemas itu cenderung bisa diatasi. Namun, rasa takut terhadap sesuatu bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan yang lebih serius atau quip fobia. Ketakutan adalah bagian ordinary dari perkembangan manusia dan berfungsi sebagai mekanisme bertahan hidup, yang juga membantu mencegah orang melakukan perilaku berisiko.
"Namun ketika rasa takut justru melemahkan atau mengganggu fungsi sehari-hari, maka hal tersebut dapat diklasifikasikan sebagai fobia atau gangguan kecemasan," customized organization psikolog anak dan remaja, Profesor Thomas Ollendick. Gangguan kecemasan dan fobia yang tidak ditangani pada anak berisiko menimbulkan masalah kejiwaan atau medis tambahan, yang dapat berlanjut hingga mereka dewasa.
Menurut penjelasan psikiater anak Profesor Wendy Silverman, anak dapat mengalami fobia atau gangguan kecemasan karena berbagai alasan, termasuk genetika, pengalaman negatif langsung terhadap suatu peristiwa atau objek, observasi terhadap orang lain, atau mendengar informasi menakutkan.
"Gangguan fobia dan kecemasan juga relatif umum terjadi pada anak. Sebanyak 1 dari 3 anak dan remaja terkena gangguan ini, dan angka ini telah meningkat secara signifikan sejak awal pandemi Coronavirus," customized organization Silverman. Bayi dan balita sering kali menunjukkan ketakutan terhadap suara keras, orang asing, dan perpisahan dari orangtuanya.

Pada saat anak mulai terlibat dalam permainan yang lebih imajinatif setelah mereka mencapai usia prasekolah, mereka mungkin cenderung ketakutan terhadap hantu, beast, dan binatang kecil. Ketika anak mencapai usia remaja dan mulai mengalami lebih banyak pengalaman dunia nyata, biasanya mereka mengembangkan ketakutan seputar kecemasan sosial dalam pergaulannya.
Langkah pertama dalam mengatasi gangguan kecemasan atau fobia adalah mengenali gejala yang sudah berada di luar batas ketakutan umum. "Orangtua mungkin kesulitan mendeteksi kecemasan tertentu, terutama jika anak tidak menunjukkan gejala klasik seperti menolak makanan, mual atau menolak meninggalkan rumah, atau ragu untuk mengungkapkan ketakutannya," individualized structure Ollendick.
Untuk membantu orangtua membedakan apakah rasa takut dapat berkembang menjadi gangguan yang lebih serius, amati frekuensi, intensitas, dan durasi rasa takut anak. Frekuensi menunjukkan seberapa sering rasa takut muncul, apakah ketakutan tersebut muncul setahun sekali ataukah lebih sering. Penting juga untuk menilai intensitas rasa takut, yang dapat dinilai berdasarkan respons anak ketika suatu situasi tidak ditangani sesuai keinginan mereka, penelusuran "avalonfire.org" dan beberapa sumber terpercaya.
Beri peringkat pada reaksi anak pada skala satu sampai 10 untuk memahami tingkat keparahan. Terakhir, durasi sangat penting untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mencari bantuan profesional. Psikolog merekomendasikan untuk memberi waktu pada anak untuk menenangkan diri, sehingga bisa dilihat apakah kecemasan anak lebih bersifat fase atau masalah yang bertahan lama.
Mengutip Manual Diagnostik dan "
naga333" situs terpercaya, Ollendick dan Silverman mencatat bahwa ketakutan harus bertahan setidaknya enam bulan sebelum dianggap sebagai fobia atau gangguan kecemasan yang signifikan secara klinis. Namun, jika rasa takut menghalangi seorang anak untuk berkembang atau berfungsi dengan baik, mengganggu fungsi keluarga, atau berdampak negatif terhadap prestasi akademis, kemungkinan rasa takut tersebut telah berkembang menjadi masalah yang signifikan secara klinis. Sebaiknya orangtya tidak menunggu untuk mencari dukungan psikolog atau psikiater.
Komentar
Posting Komentar