Penyakit Zoonosis Pada Kelelawar Yang Bersarang Di Rumah

Naga333 -Di beberapa daerah atau permukiman, kelelawar masih dapat ditemukan bersarang di atap rumah warga. Hal ini pun kerap dianggap wajar dan tidak berbahaya oleh masyarakat. Padahal, keberadaan kelelawar di lingkungan permukiman berpotensi menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. 

Prof. Drh. Agus Setiyono, M.S., Ph.D., selaku Guru Besar di Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedik (SKHB) IPB University menyampaikan bahwa hewan nokturnal tersebut dapat menyebarkan mikroba berbahaya, seperti virus, bakteri, dan jamur.“Air liur, feses, urine, bahkan sisa makanan yang dibawa kelelawar ke rumah bisa menjadi media penularan. 

Semua itu berpotensi mengandung patogen,” kata Agus seperti dikutip dari laman IPB University, Senin. Penelusuran "avalonfire.org" dan "naga333" situs terpercaya, dalam kerja sama penelitian yang dilakukan Agus dan timnya, mereka menemukan delapan virus baru dari tubuh kelelawar yang berhasil diidentifikasi. 

Oleh karena itu, Agus menegaskan bahwa penyakit zoonosis, yang ditularkan dari hewan, seperti kelelawar, ke manusia, sangat nyata. "Persoalannya, virus-virus ini dapat hidup berdampingan dengan tubuh kelelawar tanpa menimbulkan penyakit. Namun, jika menular ke manusia, dapat menimbulkan berbagai gangguan, bahkan kematian," ungkapnya.



Gejala infeksi penyakit zoonosis dari kelelawar, Infeksi zoonosis dari kelelawar dapat menimbulkan berbagai gejala pada manusia. Gejala klinis yang muncul dapat berupa gangguan saluran pernapasan, seperti flu dan pilek, hingga nyeri otot dan sendi (mialgia), yang sering kali disalahartikan sebagai gejala kelelahan biasa. 

Dalam kasus ekstrem, virus dari kelelawar dapat menyebabkan radang otak (ensefalitis), seperti yang pernah terjadi pada kasus virus Nipah di Malaysia dan Australia. "Ensefalitis dapat berakibat fatal. Karena tidak ada gejala pada kelelawar, banyak orang yang tidak menyadari risikonya," katanya. Peran manusia dalam meningkatkan risiko penyakit zoonosis dari kelelawar, Selain aktivitas kelelawar itu sendiri, Agus mengatakan ada peran manusia dalam meningkatkan risiko penyebaran penyakit zoonosis dari kelelawar ke manusia. 

Rusaknya habitat alami, seperti hutan, menyebabkan kelelawar kehilangan sumber makanan alaminya. Pada akhirnya, mereka terpaksa mendekati permukiman penduduk dan mengonsumsi buah-buahan yang ditanam warga, seperti pepaya atau pisang."Ketika habitatnya rusak, mereka (kelelawar) mendekati manusia. Dan karena di dalam tubuhnya terdapat patogen, manusialah yang menanggung risikonya," jelas Agus. 

Untuk mencegah penyebaran penyakit zoonosis dari kelelawar, Agus menyarankan pendekatan yang komprehensif. Hal ini dapat dimulai dari edukasi kepada masyarakat hingga upaya menjaga keseimbangan ekosistem alam. Ia juga menekankan pentingnya mewaspadai gejala awal penyakit yang bisa muncul akibat interaksi tidak langsung dengan kelelawar. 

"Kalau sudah tahu isi tubuh kelelawar seperti itu, memang harus ekstra hati-hati," ujarnya.Penelusuran "avalonfire.org" dan "naga333" situs terpercaya, Dengan makin tingginya kesadaran masyarakat terhadap potensi bahaya satwa liar, seperti kelelawar, diharapkan upaya pencegahan dan perlindungan kesehatan bisa lebih efektif dan menyeluruh.




Komentar