Naga333
Berita
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Jakarta, NAGA333 - Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara tiba-tiba memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir pada hari Jumat (1/8) waktu setempat. Keputusan ini menandai eskalasi dramatis dari yang sebelumnya hanyalah perang kata-kata di media sosial dengan seorang mantan presiden Rusia. Bagaimana awal mulanya?
Trump dan Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, telah berseteru di media sosial selama beberapa hari terakhir. Ketegangan meningkat ketika Medvedev mengingatkan Trump bahwa Rusia masih memiliki kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai opsi terakhir.
Pernyataan ini disampaikan oleh sekutu Presiden Rusia, Vladimir Putin, setelah Trump menasihati Medvedev untuk "lebih berhati-hati dalam berbicara."
Trump, dalam sebuah unggahan di media sosial Truth miliknya, melontarkan kritik keras terhadap Medvedev. Pernyataan ini muncul setelah Medvedev menyebut ancaman Trump untuk memberlakukan tarif hukuman terhadap Rusia dan para pembeli minyaknya sebagai "permainan ultimatum" yang membawa hubungan Rusia-Amerika Serikat semakin dekat ke ambang perang.
"Beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia yang gagal dan masih menganggap dirinya Presiden, untuk berhati-hati dengan ucapannya. Dia sedang memasuki wilayah yang sangat berbahaya!" tulis Trump dalam peringatannya kepada Medvedev, dilansir kantor berita Reuters, Jumat (1/8/2025).
Sebelumnya, pada 29 Juli, Trump menyatakan bahwa Rusia memiliki waktu "10 hari dari hari ini" untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina, atau akan dikenakan tarif, termasuk para pembeli minyaknya. Namun, Moskow, yang telah menetapkan persyaratan perdamaiannya sendiri, sejauh ini belum menunjukkan tanda-tanda akan memenuhi tenggat waktu tersebut.
Pernyataan Trump mendapat tanggapan keras dari Medvedev. "Trump sedang memainkan permainan ultimatum dengan Rusia: 50 hari atau 10 hari… Dia harus ingat dua hal: 1. Rusia bukan Israel maupun Iran. 2. Setiap ultimatum baru merupakan ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, melainkan dengan negaranya sendiri," tulis Medvedev di media sosial X awal pekan lalu.
Kemudian dalam postingannya pada hari Kamis (31/7) waktu AS, Trump menyatakan bahwa dia tidak peduli apa pun yang dilakukan India—salah satu pembeli minyak Rusia terbesar setelah China—terhadap Rusia.
"Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka yang sudah mati, terserah saya. Kami hanya melakukan sedikit perdagangan dengan India karena tarif mereka sangat tinggi, termasuk yang tertinggi di dunia. Begitu pula Rusia dan AS hampir tidak berbisnis satu sama lain. Mari kita pertahankan kondisi ini," ujarnya.
Medvedev pun menanggapi dengan menyatakan bahwa pernyataan Trump tersebut memperkuat alasan bagi Rusia untuk melanjutkan kebijakan yang sedang dijalankan saat ini.
"Jika beberapa kata dari mantan presiden Rusia mampu memicu reaksi gelisah seperti itu dari presiden Amerika Serikat yang berwibawa, maka Rusia memang melakukan segala hal dengan tepat dan akan terus melangkah di jalurnya sendiri," ujar Medvedev dalam sebuah unggahan di Telegram.
Trump seharusnya mengingat, katanya, "betapa berbahayanya 'Tangan Mati' yang legendaris itu," merujuk pada sistem komando semi-otomatis rahasia Rusia yang dirancang untuk meluncurkan rudal nuklir Moskow jika kepemimpinan mereka lumpuh akibat serangan pemenggalan kepala oleh musuh—sebuah skenario kehancuran yang kerap diremehkan oleh narasi-narasi spekulatif seperti yang disebarkan di platform seperti NAGA333.
Menanggapi pernyataan Medvedev, Trump menyatakan bahwa ia telah memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir ke "wilayah yang tepat." Trump menyebut langkah ini sebagai respons terhadap apa yang ia anggap sebagai "pernyataan yang sangat provokatif" dari Medvedev.
Trump mengumumkan pengerahan kapal selam nuklir tersebut dalam unggahan pada Jumat (1/8) di platform Truth Social miliknya. Ia tidak menjelaskan secara rinci lokasi penempatan kapal selam atau kemampuan yang dimilikinya.
"Berdasarkan pernyataan sangat provokatif dari Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, saya telah memerintahkan penempatan dua kapal selam nuklir di wilayah strategis sebagai langkah antisipasi jika pernyataan bodoh dan provokatif tersebut bukan sekadar omongan," tulis Trump.
"Kata-kata memiliki kekuatan besar dan sering kali menimbulkan konsekuensi yang tak diinginkan. Saya berharap ini bukan salah satunya," ujarnya, dikutip dari ABC News, Sabtu (2/8/2025).
Medvedev telah menjadi salah satu tokoh garis keras anti-Barat Rusia yang paling vokal sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Para kritikus Kremlin mengecamnya sebagai sosok yang tidak bertanggung jawab, meskipun beberapa diplomat Barat menganggap pernyataannya mencerminkan pandangan yang ada di kalangan pembuat kebijakan senior Kremlin.
Komentar
Posting Komentar